Access over 20 million homework & study documents

177110884_tugas_dr_harun_plain_text.doc

Content type
User Generated
Rating
Showing Page:
1/5
1
Potensi Penerapan Peningkatan Kualitas Layanan dan Keselamatan
Pasien di Indonesia
Keselamatan pasien sudah menjadi isu global 10 tahun terakhir, WHO meluncurkan program
keselamatan pasien pada tahun 2004 dan Indonesia memulai program ini pada tahun 2011 yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit. Keselamatan pasien menurut WHO adalah tidak adanya bahaya yang mengancam
kepada pasien selama proses pelayanan kesehatan (WHO 2013). Keselamatan pasien identik dengan
kualitas pelayanan, dimana semakin baik kualitas layanan maka keselamatan pasien juga akan semakin
baik. Dalam bisnis banyak pandangan buruk terhadap upaya peningkatan kualitas. Pandangan tersebut
antara lain adalah anggapan peningkatan kualitas hanyalah suatu proses yang tidak efisien, pencegahan
yang kurang perlu, atau terlalu berlebihan dalam hal penanganan suatu masalah sehingga menyebabkan
pengeluaran biaya yang merugikan perusahaan dalam hal ini rumah sakit, dan fakta di Amerika Serikat
sebanyak 40% dari pengeluaran biaya adalah pengeluaran yang sia-sia, sehingga banyak sekali hambatan
dan tantangan yang berasal dari pihak manajemen (Swensen et al. 2013).
Dalam teorinya keselamatan pasien masuk kategori isu kepemimpinan dan manajemen dan
tergantung kepada faktor sistemik, tetapi secara local keselamatan pasien hanya melibatkan tenaga
medis dan pasien (Akins & Cole 2005). Maka secara garis besar penerapan keselamatan pasien
dipengaruhi oleh pemerintah, manajemen rumah sakit, tenaga medis, pasien, dan budaya keselamatan
itu sendiri. Makalah ini akan membahas potensi dan hambatan penerapan dari program keselamatan
pasien di Indonesia dan bagaimana penatalaksanaannya.
Provider dan Manajemen
Dalam koridor bisnis maka pelayanan terhadap pasien harus dipilah-pilah, yang manakah
pelayanan yang menggambarkan pelayanan dibawah standar, tidak efisien, defektif atau pelayanan yang
berlebihan, sehingga pihak manajemen dapat menjalankan program peningkatan kualitas tanpa
merugikan rumah sakit, dan tujuan peningkatan kualitas yaitu keselamatan pasien dapat tercapai
(Swensen et al. 2013). Dalam hal retorika pihak manajemen berpendapat bahwa peningkatan kualitas
harus menjadi prioritas diseluruh sektor layanan kesehatan, tetapi dalam kenyataannya mereka takut
bahwa peningkatan kualitas hanyalah akan memberikan pengeluaran biaya yang tidak perlu (Levey et al.
2007). Mereka resisten terhadap perubahan dan masih beranggapan bahwa pelayanan yang saat ini

Sign up to view the full document!

lock_open Sign Up
Showing Page:
2/5
2
dilakukan adalah sudah aman dan tidak perlu adanya perubahan atau belum perlu peningkatan kualitas
layanan. Hambatan lain dari sisi pemimpin dan manajemen adalah tidak adanya SDM yang berkompeten
dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan control dari program keselamatan pasien. Peran
pemegang program ini penting sebab bertanggungjawab dalam hal upaya peningkatan kualitas layanan
secara terus menerus tiap harinya. Ketiadaan atau kurangnya dana sering menjadi penghalang, misalnya
dana untuk pelatihan medis ataupun pengenalan teknologi baru, biasanya terjadi pada pelayanan
kesehatan kecil dan di pedesaan. Oleh karena itu pemimpin yang diharapkan agar program keselamatan
ini berjalan adalah pemimpin yang berwawasan luas dan sangat interes terhadap keselamatan pasien
(Akins & Cole 2005). Yang perlu ditekankan bahwa bisnis yang berorientasi pada keselamatan pasien
adalah investasi di masa datang dimana rumah sakit akan memiliki ciri khas tersendiri dan mendongkrak
reputasi rumah sakit, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan rumah sakit dalam jangka waktu
lama, sehingga sangat mungkin pihak manajemen untuk melaksanakan program ini (Swensen et al.
2013).
Tenaga medis
Keterbatasan tenaga medis, baik dalam jumlah dan keahliannya menyebabkan meningkatnya
beban kerja dan meningkatkan resiko cedera kepada pasien (Akins & Cole 2005). Kepuasan kerja tenaga
medis tergantung dari beberapa variable antara lain 1) kerja yang secara mental menantang. 2)
penghargaan atau ganjaran yang pantas. 3) kondisi kerja yang mendukung dan 4) rekan kerja yang
mendukung. Semakin puas tenaga kerja maka kualitas pelayanan akan semakin baik (Setyawati &
Muchlas 1999).
Pasien
Pasien dapat ikut serta dalam upaya peningkatan keselamatan pasien yaitu dengan berperan
aktif dalam budaya keselamatan, yaitu dengan cara tahu akan riwayat penyakit dan pengobatan yang
mereka terima, mengikuti dan mengontrol proses layanan, identifikasi dan melaporkan komplikasi terapi
dan segala yang mereka rasakan yang berhubungan dengan keselamatan jiwa mereka, sehingga dengan
begitu angka medical error akan menurun. Partisipasi ini tergantung dari 3 hal yaitu 1) pengetahuan
tentang bagaimana cara berpartisipasi, 2) kemampuan berpartisipasi dalam hal ini tergantung dari
pengetahuan kognitif pasien, 3) kemauan untuk berpartisipasi. Misalnya kesalahan salah posisi pada
operasi, dapat disebabkan oleh karena komunikasi yang gagal antara pasien dan staf medis atau dapat
disebabkan kurangnya budaya organisasi (rumah sakit) untuk mendorong keterlibatan pasien dalam
pelayanan (Davis et al. 2012).

Sign up to view the full document!

lock_open Sign Up
Showing Page:
3/5

Sign up to view the full document!

lock_open Sign Up
End of Preview - Want to read all 5 pages?
Access Now
Unformatted Attachment Preview
Potensi Penerapan Peningkatan Kualitas Layanan dan Keselamatan Pasien di Indonesia Keselamatan pasien sudah menjadi isu global 10 tahun terakhir, WHO meluncurkan program keselamatan pasien pada tahun 2004 dan Indonesia memulai program ini pada tahun 2011 yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Keselamatan pasien menurut WHO adalah tidak adanya bahaya yang mengancam kepada pasien selama proses pelayanan kesehatan (WHO 2013). Keselamatan pasien identik dengan kualitas pelayanan, dimana semakin baik kualitas layanan maka keselamatan pasien juga akan semakin baik. Dalam bisnis banyak pandangan buruk terhadap upaya peningkatan kualitas. Pandangan tersebut antara lain adalah anggapan peningkatan kualitas hanyalah suatu proses yang tidak efisien, pencegahan yang kurang perlu, atau terlalu berlebihan dalam hal penanganan suatu masalah sehingga menyebabkan pengeluaran biaya yang merugikan perusahaan dalam hal ini rumah sakit, dan fakta di Amerika Serikat sebanyak 40% dari pengeluaran biaya adalah pengeluaran yang sia-sia, sehingga banyak sekali hambatan dan tantangan yang berasal dari pihak manajemen (Swensen et al. 2013). Dalam teorinya keselamatan pasien masuk kategori isu kepemimpinan dan manajemen dan tergantung kepada faktor sistemik, tetapi secara local keselamatan pasien hanya melibatkan tenaga medis dan pasien (Akins & Cole 2005). Maka secara garis besar penerapan keselamatan pasien dip ...
Purchase document to see full attachment
User generated content is uploaded by users for the purposes of learning and should be used following Studypool's honor code & terms of service.

Anonymous
Really useful study material!

Studypool
4.7
Trustpilot
4.5
Sitejabber
4.4